Jumat, 20 Juli 2012

Bulannya Orang Puasa

Lama juga ternyata kami belum mengupdate blog ini.  Walau hanya sebatas blog (gratisan), namun kalau tidak update, rasanya koq kurang pasa begitu ... hehehe.  Kebetulan saat ini adalah saat2 penting bagi para umat muslim di seluruh dunia.  Saat untuk bisa lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta, karena lebih dimudahkan.  Saatnya beribadah.  Saatnya berpuasa seiring cahaya matahari.  Dan juga saatnya untuk berbuat baik dengan sesama manusia.

Mumpung bulannya tepat ... izinkan kami segenap Keluarga Besar BEUNTEUR JAYA untuk menyampaikan permohonan maaf jika ada yang dirasa tidak pantas dari kami.  Izinkan pula kami untuk mengucapkan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan.

Tapi ... biasanya sih kalo bulan puasa itu pasnya adalah mancing alias nguseup .... hehehe


Senin, 12 Maret 2012

Salam dari kami ...

Berawal dari sebuah keinginan untuk menebalkan semangat dalam mengupayakan budidaya dan penyelamatan Ikan Beunteur dan Paray.  Kami merasa hanya dengan semangat dan komitmen tanpa kendur, maka upaya ini bisa terwujud dan berkembang terus. 

Dalam suatu siang, terlintas sebuah ucapan salam di benak salah seorang dari kami.  Kata tersebut muncul begitu saja saat ia berkomunikasi dengan rekan lain di dunia maya.  Secara umum ucapan salam disampaikan sebagai ucapan selamat, doa, harapan, serta ucapan penyemangat.  Pada beberapa komunitas, ucapan salam yang khas dapat pula menjadi penanda jati diri komunitas tersebut.

Lalu seperti apa ucapan salam tersebut?

Ucapan tersebut adalah “Salam Bintik Dua”.  Walau tadinya ia hanya muncul begitu saja, namun ternyata kata-kata tersebut memiliki makna khusus.  Bintik dua adalah penciri utama jenis Ikan Beunteur.  Ketika dewasa, ikan berukuran kecil ini dicirikan dengan 2 buah bintik hitam di tubuhnya.  Bintik tersebut berada di bagian punggung serta di pangkal ekornya.  Ciri fisik ini juga yang kemudian menjadi dasar penamaannya secara ilmiah, yaitu Puntius binotatus.  Pada kata “binotatus”, terdapat dua kata yang digabungkan yaitu “bi” yang berarti dua, serta “notatus” yang berarti bintik atau noktah.

Sejak pertama kali ucapan salam tersebut digunakan, tanpa terasa ia menjadi penanda khusus bagi kami.  Tanda bagi kami para pecinta ikan Beunteur dan Paray.  Tanda bagi kami yang menggemari kegiatan memancing ikan Beunteur dan Paray.  Serta tanda bagi kami yang sedang mengupayakan budidaya ikan Beunteur dan Paray.

Demikianlah sekelumit cerita di balik ucapan “Salam Bintik Dua”.  Semoga cerita ini dapat memberikan gambaran secara jelas tentang latar belakang ucapan salam dari kami.

Salam Bintik Dua

Senin, 20 Februari 2012

Uji rasa Paray goreng

Tadinya banyak teman2 kami yg belum tahu bagaimana rasanya daging ikan Paray (Rasbora sp.).  Memang di wilayah Bogor sebagian besar orang lebih terbiasa dengan rasa ikan Beunteur (Puntius binotatus).  Bogor menyediakan lebih banyak aliran air sungai berbatu dibanding genangan air yg mengalir lambat dan tenang seperti rawa dan danau/situ.  Jadi wajar aja lebih mudah ketemu Beunteur dibanding Paray.

Minggu lalu, kami bersama para pemancing kagetan pun mencoba berburu indukan Paray dari jenis Rasbora argyrotaenia.  Perburuan ini dilakukan dengan satu tujuan saja untuk menyediakan indukan Paray di farm kami.  Lokasi perburuan berada di rawa-rawa di tepi Danau Situ Gede, Bogor. 

Rupanya perburuan ini cukup sukses, terutama bagi para pemancing kagetan seperti tim kami ini.  Setidaknya ada lebih dari 50 ekor Paray yg berhasil didapat (hooked-up).  Dari jumlah tersebut rata-rata perolehan kami berukuran cukup besar, sebesar jari tangan orang dewasa dengan panjang mencapai 10 cm.  Sayangnya dari jumlah tersebut kami hanya bisa menyelamatkan 7 ekor saja untuk kepentingan indukan.  Selebihnya ternyata tidak bertahan lama dalam perjalanan pulang. 

Paray2 dewasa tersebut terpaksa masuk dalam wajan penggorengan. Ada perasaan sayang memang ... namun dalam hati sempat juga terpikirkan untuk menguji rasa daging Paray.  Hampir semua teman kami rata2 belum pernah mencobanya.  Kami pun tak mampu mempertahankan ikan2 yg mati tersebut.  Maka terpaksa kami relakan ikan2 itu dinikmati oleh teman2 kami.

Menu sederhana pun disiapkan.  Tidak neko2, tidak rumit2, hanya sekedar bumbu untuk menggoreng kering ikan2 tersebut.  Menu ini juga dilengkapi dengan ulekan sambal tomat.  Tak lupa nasi panas juga disiapkan.  Hmmm ... terbayang nikmatnya gorengan ikan2 kecil nan gurih itu.  Ternyata hasil uji rasa ini cukup memuaskan para penikmatnya.  Mereka begitu antusias mengunyah daging kering ikan yang kriuk ini sampai ludes dari piringnya ....


Rabu, 01 Februari 2012

Burayak baru dan telur

Minggu sore, 28 Januari 2012 kembali kami menemukan 6 ekor bayi2 (burayak) beunteur di sudut kolam.  Mulanya kami hanya iseng mencari tahu apa yg terjadi di balik tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) di sudut kolam.  Harapannya tentu saja menemukan burayak yang bersembunyi.  Mujur tak dapat ditolak ... tiba2 sebuah bayangan kehitaman melintas pelan di atas daun2 bambu kering yang terbenam di kolam.  Setelah diamati lebih lanjut ... tak lain dan tak bukan bayangan itu adalah BURAYAK BEUNTEUR! 

Masih sangat kecil dan nyaris tembus pandang.  Jumlahnya lebih dari satu.  Akhirnya dengan sigap kami pun bersegera memindahkannya dari kolam.  Satu-persatu kami ambil burayak tersebut, sembari dihitung ... hasilnya tak banyak.  Kami hanya memperoleh 6 ekor saja.  Yaahh ... cukup lah, mungkin besok2 kami menemukan yang lainnya.  Maklum hari semakin gelap, mata kami pun sudah "siwer" spt kena rabun ayam.  Masa sih masih harus memaksa diri mencari anakan beunteur yg baru saja menetas ini.

Selang 2 hari setelah itu ... tanggal 30 Januari 2012, kami kembali dikejutkan oleh para beunteur2 ini.  Iseng2 mencari tahu apa yg terjadi di bawah akar2 Eceng Gondok.  Ternyata di situ kami menemukan bulatan2 berwarna kekuningan yg terselip di sela akar.  Tak lain dan tak bukan bulatan tersebut adalah TELUR-TELUR BEUNTEUR!!

Maka operasi penyelamatan pun dilakukan segera.  Sang Eceng Gondok kecil dimana kami menemukan telur yg terselip pun dievakuasi ke dalam akuarium.  Sementara di akuarium sebelahnya dijadikan tempat evakuasi burayak yang 6 ekor.

Rasanya seperti mimpi saja.  Tanpa dinyana beunteur2 kami telah banyak memberikan kejutan luar biasa.  Alhamdulillaaah ....

Kamis, 19 Januari 2012

Kejutan Menjelang Imlek ...

Bagi yang merayakannya, Imlek terkadang menjadi saat2 yang spesial.  Walau kami bukan keturunan Cina dan bukan yang merayakan Imlek, ternyata kami pun mengalami saat2 spesial dan penuh kejutan.

Sekitar seminggu yang lalu, kami dikejutkan dengan matinya sejumlah ikan beunteur di kolam uji coba.  Bahkan sampai tadi pagi, kami masih menjumpai satu ekor lagi yang mati (kemungkinan) terkena serangan jamur atau bakteri.  Jika dihitung2 genap sudah 6 ekor ikan beunteur berukuran sedang mati dari kolam uji coba ini.  Sedih dan kaget ... tentu saja kami alami.  Beruntung kami masih tetap bersemangat untuk meneruskan upaya pembiakan ikan beunteur ini.

Tadi pagi, seperti biasa kami melakukan kegiatan rutin memberi makan ikan2 beunteur kami.  Sesekali kami juga memperhatikan kesehatan ikan2 kami, baik yang di kolam maupun di akuarium.  Filter air pun kami bersihkan.  Kebetulan di samping kolam kami ada sebuah ember plastik bekas (warna merah) yang terisi air hujan yang dipenuhi oleh jentik2 nyamuk.  Terkadang air yang tergenang di ember yg sudah rusak tersebut kami pakai juga untuk mencuci tangan setelah berburu cacing, bahkan mencuci kain lap.

Entah kenapa, mata saya tiba2 melihat ada sesuatu yg bergerak mendatar, tidak seperti gerakan jentik2 nyamuk yg cenderung naik-turun sembari bergoyang menggeliat.  Air di ember itu telah begitu kotor dan dilapisi semacam minyak di permukaannya.  Agak sulit bagi saya untuk kemudian mencoba memperhatikan apa yang bergerak tadi.  Setelah beberapa detik mengamati air kotor tersebut, ternyata saya dikejutkan dengan penampakan mahluk yg bergerak tersebut.  Mahluk2 kecil itu ternyata adalah anak2 ikan yang baru menetas.  Keraguan mulai menghinggapi kepala saya, jangan2 ini anak ikan beunteur, atau anak ikan paray, atau anak ikan cecereh alias bungkreung alias guppy sawah.  Namun begitu berusaha mengamatinya lebih jauh ternyata ciri2nya jelas mirip dengan anak ikan beunteur.  Gila juga nih .. soalnya airnya kotor banget.  Selain itu saya merasa tak pernah melihat ada ikan beunteur dewasa yg pernah dimasukkan ke dalam ember jelek ini.

Tapi iya betul koq ... ini adalah anakan (juvenile) ikan beunteur.  Kami lalu memindahkan ikan2 kecil yang semuanya berjumlah 10 ekor ini ke dalam akuarium.  Jelas sekali terlihat cirinya ... ini adalah anak beunteur.  Titik2 pada tubuhnya jelas terlihat.  Ini kejutan luar biasa bagi kami!!

Setelah kami merapikan tempat khusus bagi bayi2 beunteur tsb, kami mulai menerka2 apa penyebab adanya ikan2 itu.  Ahhh .... kami baru ingat, ketika kami memisahkan bayi2 beunteur dari kolam di akhir bulan lalu, kami sempat memindahkan juga beberapa koloni rerumputan dari pojok kolam dimana kami menemukan bayi2 itu.  Rumput2an itu lalu kami masukkan ke dalam ember merah jelek dan rusak di samping kolam.  Mungkin saat itu sudah ada beberapa butir telur siap menetas yang menempel pada akar dan pelepah koloni rumput itu.  Mungkin telur2 tsb lalu jatuh ke dasar ember dan mungkin kini telur2 itu menetas menjadi bayi2 beunteur.  ..... hmmm bisa jadi sih ...

Begitulah ... mungkin juga kejutan ini jadi semacam hadiah Imlek bagi kami, setelah sebelumnya dirundung kesedihan karena kematian beunteur2 dewasa dari kolam.  Maklum sebentar lagi kan Imlek akan dirayakan ... hehehe.

SELAMAT MERAYAKAN IMLEK YAA ... BUAT YANG MERAYAKANNYA!!!


Jangan salah terka, foto di atas bukanlah foto telur2 ikan beunteur kami.  Foto itu hanya sebagai hiasan posting blog ini saja, yang diunduh dari gambar aslinya di sini.

Senin, 16 Januari 2012

Merah, Berlendir, lalu Mati ...

Entah apa yang terjadi, namun kejadian ini sudah terjadi setidaknya 2 kali.  Ikan Beunteur kami pada mati ...!!!

Dalam catatan kami, sudah ada 5 ekor ikan yang mati di kolam.  Semuanya adalah ikan2 yang berukuran kecil, namun bukan bayi2 beunteur kami.  Jika menilik dari warna dan ukurannya yg sama (panjang total sekitar 5 cm), maka mereka adalah ikan2 yang kami peroleh dari sumbangan seorang teman di Cimanggu (Bogor).  Teman2 kami itu seminggu yang lalu menyumbangkan 11 ekor ikan dengan ukuran yang seragam.  Menurut kabar, mereka diperoleh dari kolam, jadi bukan habitat alaminya.


Jika menilik dari tubuh ikan2 Beunteur yang mati, maka terdapat beberapa ciri sebagai berikut:
  1. Ada semacam lendir (bening seperti sagu atau jelly) di beberapa bagian tubuhnya.
  2. Ada luka berwarna kemerahan (seperti iritasi kulit) di bagian kepala (atas), bagian belakang sisik insang, serta bagian pangkal ekor.
  3. Berbau amis namun lebih ke arah busuk.
  4. Bagian sirip punggung dan sirip ekor rontok.
Terus terang kami jadi khawatir, Beunteur2 kecil ini terkena penyakit.  Karena kami tidak menjumpai hal serupa pada Beunteur kami sebelumnya -- sebelum ditambahkan dengan 11 individu tambahan tersebut.  Jika memang benar penyakit ... jangan2 ini menular lagi ... hwaduuuhhh bisa gaswat nih.

Saking khawatirnya kami, maka sejak tadi pagi kami pun segera memasukkan daun2 ketapang kering ke dalam kolam.  Semoga saja upaya ini berhasil, sehingga tidak menjadi wabah di kolam uji-coba kami.  Soalnya kami juag melihat ciri2 sakit yang sama pada beberapa ikan Beunteur yang seukuran dan berasal dari kolam Cimanggu.

Di bawah ini adalah foto ikan dengan ciri hampir sama, namun belum mati:

Jumat, 06 Januari 2012

Sama Merahnya, Beda Ukurannya

Satu hal yang rutin terjadi di Beunteur Farm kami adalah kegiatan memberi makan.  Jika bulan lalu kami hanya punya satu tempat saja untuk diberi makan, maka kini ada 2 tempat yang harus diberi makan setiap hari.  Setiap hari?? .... iya laah ... manusia aja butuh makan rutin setiap hari.  Masa beunteur gak makan setiap hari.

Urusan makan-memakan ini memang seru2 gimana gitu ... hehehe.  Betapa tidak kami sendiri tidak begitu paham apa sebenarnya pakan beunteur yg paling pas.  Apa harus dikasih makan pur, dedak, atau harus dikasih makan sama seperti umpan saat mereka dipancing?  Yang jelas kami kurang begitu sreg jika harus beli pakan ikan hias di toko akuarium atau pet-shop yang harganya selangit.  Bisa2 tekor nih kalo beli pakan ikan hias.

Suatu saat seorang teman yg sarjana ikan datang berkunjung ke farm kami.  Dia menyarankan agar beunteur2 kami diberi jenis pakan yang kira2 paling gampang didapat setiap hari.  Jenis2 cacing adalah contohnya.  Hmmm menarik juga nih tawaran teman itu.  Mungkin akan lebih menarik jika pakannya juga disesuaikan dengan jenis umpan pancing yg sudah umum nih ...

Akhirnya tanpa pikir panjang kami pun langsung mengaduk2 kebun pisang yang ada di sebelah farm.  Batang2 pisang busuk dibongkar2 serabutnya satu demi satu.  Apa yang terjadi ... jelas di sana lah kami menemukan banyak sekali koloni Cacing Merah kecil.  Kalo menurut Mbak Wiki, cacing jenis ini nama ilmiahnya adalah Pheretima sp.  Cukup mudah mencarinya, gratisan, dan pasti disukai oleh beunteur ... begitu harapan kami.  Dan begitu kami dapat setengah kaleng susu kental manis ... langsung kami berikan pada komunitas beunteur dewasa di kolam kami.  Walhasil ... berhasil euyyy!!!  Beunteur2 itu dengan ganas dan bersemangat menyambar2 gumpalan cacing tersebut.  Seneng banget rasanya ...

Selesai dengan yang dewasa, kami harus memutar otak lagi untuk memberi makan bayi2 beunteur di akuarium.  Rupanya kreativitas kadang juga diperlukan.  Tanpa pikir lama2 kami langsung saja memberikan kuning telur ayam (mentah) yang dibungkus dengan kain.  Bungkusan tersebut langsung dicemplungkan ke dalam akuarium.  Berhasil guna ... bayi2 beunteur berukuran panjang 0.5 - 0.8 cm itu pun merangsek ke arah bungkusan kain dan mematuk2nya. 

Namun upaya ini tak berlangsung lama, karena kami berinisiatif mengganti pakan jenis ini.  Soalnya air akuarium jadi keruh euyy ... karunya ka orok beunteur.  Kami mengganti pakannya dengan larva sejenis nyamuk berwarna hijau yang tidak menggigit (rametuk).  Nyamuk ini termasuk marga Chironomidae.  Ternyata jenis ini memang paling cocok utk para bayi beunteur kami (sejauh ini).  Soalnya dalam pemberian pakan tidak menyebabkan airnya menjadi keruh.  Bayi2 beunteur pun menyukainya.  Yaahhh ... itung2 bentuknya (kalo dari jauh) agak mirip2 dengan Cacing Merah, namun ukurannya jauh lebih kecil.  Warnanya juga merah.  Mungkin ini juga yang menyebabkan banyak orang mengenal jenis pakan ini dengan nama "bloodworm".  Walau sebenarnya dia bukan dari jenis cacing atau worm.

Bloodworm ini pun ternyata gak sulit didapatkan.  Aliran sungai kecil di dekat lokasi farm kami menyediakannya dalam jumlah yang banyak.  Jadi jelas unsur 'gratis' pun terpenuhi ... hehehe.

Begitulah cerita sekilas soal pemberian pakan secara rutin (setiap hari) yang dilakukan buat ikan2 beuntuer kami.  Yang dewasa diberi makan cacing, yang bayi diberi makan larva nyamuk.  Keduanya berbentuk seperti cacing dan warnanya merah.  Sama merahnya, namun berbeda ukurannya.

Gambar Cacing Merah diunduh dari aslinya di sini, dan bloodworm dari sini.